Terminal Induk Bekasi Jelang Larangan Mudik (Foto/Ist) |
Rahman selaku pengurus Angkutan Kota Dalam Propinsi (AKDP) PO Primajasa, jurusan Bekasi-Cirebon-Kuningan, Jawa Barat terlihat sedang ngelamun menunggu di Terminal Induk Bekasi Kota. Bus-bus yang biasanya berjejer di dalam terminal tampak sepi.
Dia menyadari ada larangan mudik ke kampung halaman dari pemerintah maupun dari alim ulama yang tujuannya untuk mencegah penularan virus corona atau Covid-19.
Baca Juga:
https://www.pospublik.co.id/2020/04/bis-akdp-dan-akap-berhenti-operasi.html
Jakarta yang menjadi episentrum penyebaran Covid-19 paling tinggi di Indonesia. Angkanya mencapai 50 persen dari total kasus positif secara nasional. Kemudian, wilayah penyanggah seperti Kota Bekasi juga ditetapkan menjadi zona merah.
Terpaksa
Rahman mengaku tidak punya pilihan, dan harus untuk mematuhi larangan tersebut. "Bus kita sudah cek fisik untuk memberi kenyamanan dan jaminan keselamatan kepafa penumpang. Namun karena ada larangan kita terpaksa stop operasi," ujar Rahman.
Bagaimana lagi lanjut dia, sudah merupakan kewajiban mendukung langkah pemerintah. Memang dampaknya luar biasa menyulitkan ekonomi, dan kalau ini berkepanjangan, pengusaha dan sopir akan kebingung.
Menurut Rahman, bertahan di Kota Bekasi selama PSBB tidak menguntungkan. Terlebih pekerjaannya sebagai karyawan di perusahaan PO bus ini merupakan pilihan untuk bertahan hidup bagi keluarga.
"Kita berharap permasalahan corona segera usai, kasihan para sopir, karena mereka juga punya keluarga," ujarnya.
Baca Juga:
https://www.pospublik.co.id/2020/04/kurang-lebih-3300-kendaraan-yang-hendak.html
Sementara, sopir bus Rohadi mengaku tidak bisa berbuat banyak dengan kebijakan yang ditempuh pemerintah. Pasalnya, dengan adanya virus corona membuat sejumlah bus terkena imbasnya.
"Gak apa-apa sih, tapi kalau semua ya kita bingung juga. Karena penerapannya semua, ya mau gimana lagi," ungkapnya.
Atas kebijakan ini, dia berharap pemerintah memikirkan nasip mereka. Terlebih pelarangan operasi itu sampai waktu yang belum ditentukan.
"Harapanya jangan lama-lama, kita mau makan apa nanti. Ini situasi Ramadhan, bentar lagi hari raya, kalau disetop sampai panjangan gitu, bisa-bisa mati kelaparan kalau pemerintah tidan tanggap," gumamnya. (*/Jek)
"Harapanya jangan lama-lama, kita mau makan apa nanti. Ini situasi Ramadhan, bentar lagi hari raya, kalau disetop sampai panjangan gitu, bisa-bisa mati kelaparan kalau pemerintah tidan tanggap," gumamnya. (*/Jek)